Hello everyone! I am back again. The last of April 2021 has finally arrived. People said April is a month of rebirth, regrowth, and renewa...

 



Hello everyone! I am back again. The last of April 2021 has finally arrived. People said April is a month of rebirth, regrowth, and renewal. April is a fun month. I was born in early April, Aries baby girl.
What is an Aries girl like? There are a lot of this and that about Aries girl. They said Aries girl is creative, passionate, energetic, and – at times – domineering and short-tempered. Aries can be one of the most trustworthy in the entire zodiac. Aries seems too aggressive and loud but warm and caring inside. 


There is a lot of thunderstorms inside me, banging here and there. A body like a mountain, a heart like the ocean, and a mind like a sky. I am fearless but yet I cry when I fall. I have been through a lot, problem, trouble, mumble in the puddle. This year is my third year celebrating my birthday in Germany. In 2019, I went out dining with my man. In 2020, the pandemic begins. In 2021, the pandemic stays.
I am honestly not a big fan of birthday. I am grateful that I have my new age, new opportunity, but that's it. Don't get me wrong, I do like presents and surprises, but I am as much happy with or without those things. I hide my birthday on every social media I have, so people don't need to worry if they forget to congratulate me.


My family and my dearest friends, I don't ask for more. The less I have the merrier I feel.


I always confuse if people ask me what I want. I am currently in a happy state of mind, and if I am happy, it means that everything is enough, and when everything is enough, you don't ask for more.

So what did I get for my birthday present this year? I got my keyboard. My old childhood dream.
My husband gave me a present and I give myself a new skill, an opportunity to learn one more instrument, the one that I always wanted. Since I was a kid, I really want to play piano, but I don't have one. I never get the opportunity until now. I want my life to still live a dream.

Learning to play was always hard at the beginning. I remember last year when I got Ukulele for my birthday, it was rock bottom. But now? I am still bad but I can play.

I realize that I am not that talented in music, but at least I am happy when I play. That's what really matters, right?


Ada banyak tujuan dan maksud pasangan untuk menikah. Ada yang menikah karena perjodohan, ada yang menikah karena harta, ada yang menikah kar...


Ada banyak tujuan dan maksud pasangan untuk menikah. Ada yang menikah karena perjodohan, ada yang menikah karena harta, ada yang menikah karena paksaan, ada yang menikah karena usia, ada yang menikah karena tahta, dan yang paling banyak mungkin adalah yang menikah karena cinta. Pada kesempatan kali ini aku tidak akan membahas macam-macam tujuan orang menikah dan sebabnya. Setiap orang berhak memiliki alasanna masing-masing, namun terlepas dari apapun itu, sudahkah kalian membicarakan tentang Pre-Marriage Talks dengan pasangan kalian sebelum kalian menikah?

Menurut penelitianku berdasarkan jejak digital netizen Indonesia, lumayan banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap Pre-Marriage Talks. Mereka cendrung berpikir menikah adalah salah satu tahap dalam hidup manusia yang HARUS di lewati. Jika seorang manusia tidak menikah, berarti manusia tersebut adalah manusia yang gagal. Tidak apa-apa kalua pernikahannya buruk, sering di siksa oleh pasangan, tidak punya uang untuk membeli makanan, hidup dalam kecemasan dan kegundahan. Hal-hal tersebut lebih mendingan daripada tidak menikah sama sekali. Banyak juga yang mencoba menyemangati dengan berkata, tidak apa-apa miskin, nanti setelah menikah ada rezekinya sendiri, setelah punya anak akan ada rezeki anak. 


Aku pribadi dalam postingan ini sama sekali tidak mendukung pola pikir masyarakat seperti itu. Bagaimana mungkin jika sebelum menikah kamu sudah pasrah dalam kemiskinan, tidak ada usaha dan tiba-tiba setelah menikah uang datang dengan sendirinya? Mereka menikah apa merampok bank?


Menikah secara garis besar adalah kesepakatan dua insan yang berbeda untuk hidup bersama, untuk memiliki visi dan misi bersama, untuk tetap saling menguatkan disaat suka maupun duka, dan untuk tetap setia sampai akhir hayat. Berat, memang sangat berat. Setiap pribadi manusia itu unik, tidak ada yang 100 persen sama satu sama lain, walaupun mereka terlahir kembar dalam waktu yang hampir bersamaan, dalam rahim yang sama. Menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam satu ikatan seumur hidup tentunya akan menjadi sebuah perjalanan yang sangat panjang. Oleh karena itu siapkah kalian untuk menempuh perjalanan panjang tersebut dengan 1 orang yang sama sampai maut menjemput?


Aku rasa memutuskan untuk menikah bukan hanya sekedar dorongan hormon, dorongan orang tua dan keluarga, dan juga faktor usia. Ada banyak sekali persiapan dan hal-hal yang harus di diskusikan satu sama lain. Walaupun kalian sudah saling mengenal 10 tahun lamanya, tetap akan ada hal-hal baru lainnya yang kalian tidak tahu satu sama lain, kecuali kalian sudah hidup bersama sebelumnya. Namun kali ini aku akan membahas kultur Indonesia dimana, tinggal bersama sebelum menikah, punya anak sebelum menikah, bercinta sebelum menikah, adalah hal yang tabu dan hina.


Nah, karena alasan tabu dan hina inilah, Pre Marriage Talks merupakan hal yang sangat penting untuk dibicarakan. Berbeda dengan kultur negara lain dimana pasangan boleh tinggal bersama tanpa adanya bisik bisik busuk tetangga dan keluarga, dimana mereka memang melakukan nya sebelum memutuskan untuk menikah agar mengenal satu sama lain, di Indonesia, kita tidak bisa bertingkah seperti itu.


Lantas apa saja sih Pre Marriage Talks tersebut? Sepertinya terlalu banyak hal yang harus didiskusikan terutama jika berkaitan dengan seumur hidup. Bagaimana bisa bertanya dan mempersiapkan segalanya dalam 1 waktu untuk jangka waktu seumur hidup?


Sebenarnya tidak perlu membahas dan mempersiapkan secara rinci dari tahun ke tahun sampai kamu meningggal. Semua dimulai dari tahapan satu per satu, dan tentu saja tidak apa-apa meberikan ruang 'kejutan' dalam pernikahan.


Mulailah dengan obrolan santai dengan pasanganmu, apakah kamu merasa nyaman saat mengobrol dengannya? Apakah lelucon kalian sama? Apakah pada saat kamu bertanya dia dapat mengambil keputusan dan bukan hanya menjawab 'terserah'. Itu adalah hal-hal yang kecil yang akan berdampak besar dalam kehidupan menikah kalian. Pasanganmu adalah lawan bicaramu seumur hidup. Jika kamu tidak nyaman untuk mengobrol dan bercanda, sudah pasti nanti kehidupan menikah kalian akan menjadi rumit.


Setelah kalian berdua merasa cocok dengan obrolan-obrolan santai, cobalah untuk mengajak pasangan kalian berdiskusi tentang apapun, apakah opini kalian sama, bagaimana cara dia  mempertahankan opininya, bagaimana cara dia mengakui kalau opini dia salah, dan bagaimana cara dia menanggapi kalau pendapat kalian berbeda. Jika pada akhirnya kali berdua menemukan jalan keluar damai terlepas dari kalian setuju atau tidak dengan satu sama lain, itu sudah merupakan satu tanda yang baik.


Dalam kehidupan menikah, perdebatan merupakan salah satu makanan sehari-hari. Mulai dari hal-hal yang kecil, sampai dengan hal-hal yang besar. Jika kalian tidak bisa mengontrol emosi kalian, tidak bisa saling mengalah, dan tidak bisa saling mengakui kesalahan, mungkin kalian lebih baik memperbaiki diri kalian dulu, sebelum saling merusak satu sama lain.


Setelah hubungan kalian semakin dalam, perasaaan kalian sudah kuat satu sama lain, dan kalian sudah memikirkan kedepannya untuk hidup bersama, makan kalian bisa bertanya hal-hal yang sifatnya lebih pribadi kepada satu sama lain. Bertanya dan mengetahui hal-hal pribadi pasangan adalah hal yang wajar, agar kalian nantinya juga lebih mengerti pasangan kalian seperti apa, dan kalian bisa memberikan ruang satu sama lain nantinya tanpa ada kecemburuan dan hal-hal lainnya yang bisa dicegah dengan cara berberbicara dengan satu sama lain.


Menurutku ada beberapa hal krusial yang wajib di diskusikan dalam Pre Marriage Talks :


Finansial: Siapa yang mengelola keuangan setelah menikah?


Aku rasa mungkin hampir dari 50% keluarga indonesia akan menjawab bahwa pihak wanitalah yang mengatur keuangan dalam rumah tangga. Suami wajib memberikan 100% gajinya kepada istrinya yang tidak bekerja maupun yang bekerja. Walaupun sistem ini merupakan sistem yang banyak dianut tiap pasangan Indonesia, baiknya hal ini di bicarakan dulu dengan pasangan kalian. Ingat, manusia adalah pribadi yang unik satu sama lain. Jangan sampai menganggap kalau pasangan kalian setuju setuju saja dengan sistem ini padahal dia tidak setuju dan ujung-ujungnya malah menjadi bom waktu yang siap meledak. Menurutku, pengelolaan uang bukan soal tentang gender ataupun tentang siapa yang paling banyak mengurus rumah atau siapa yang menghasilkan uang dalam suatu keluarga. Mengelola keuangan adalah suatu keterampilan yang tidak semua orang miliki bahkan bisa saja kamu dan pasanganmu sama sama tidak pintar mengelola uang. Lantas bagaimana kalau hal itu terjadi? Kalian harus sama-sama belajar. Tidak masalah mau istri yang memegang uang atau suami yang memegang uang, ataupun mengelola uang masing-masing, asalkan rincian pengeluaran jelas dan rincian tabungan untuk masa depan jelas. Setiap orang apalagi yang bekerja, berhak atas 100% upah yang dia peroleh asalkan dia tidak lupa dengan prioritasnya.


Aku pribadi mempunyai beberapa kerabat yang uangnya dipegang 100% oleh istrinya dengan alasan, si suami tidak begitu pintar mengelola uang. Memang benar, kerabat aku ini, seorang istri yang cerdas dan pintar mengelola uang. Beliau mempunyai cacatan lengkap untuk uang tabungan, uang belanja, uang pengeluaran wajib, dll. Aku pun merasa memang keputusan yang baik sekali si suami menyerahkan keuangan rumah tangga mereka ke istirnya.


Aku juga mempunyai kerabat yang menyerahkan keuangannya pada suaminya karena memang suaminya lah yang lebih pintar mengelola uang. Itu juga keputusan yang baik.


Bagaimana dengan keuangan keluargaku? Kami merupakan tipe yang mengelola uang masing-masing dengan 1 prioritas yaitu keluarga. Maksudnya apa? Suami ku bekerja dan mempeoleh uangnya sendiri, aku juga bekerja dan memperoleh uangku sendiri. Uang kami masing-masing berada dalam akun bank berbeda namun kami saling tahu berapa gaji yang kami miliki dan berapa jumlah tabungan yang kami miliki. Untuk pengeluaran rumah tangga, kami pun membaginya walaupun untuk saat ini suami menanggung 100% pengeluaran rumah tangga kami, namun nanti jika aku sudah berpenghasilan cukup, kami akan menerapkan sistem persenan, bukan 50% - 50% namun tergantung dari jumlah gaji masing-masing. Yang memiliki gaji terbesar otomatis mendapat persentase pembayaran yang lebih banyak. Rumit memang, sangat rumit. Namun hal ini belum berjalan, tentunya nanti jika memang terlalu rumit, kami pasti memikirkan jalan keluar bersama yang lebih mudah. Aku dan suami untungnya adalah tipe yang sama-sama pintar mengelola keuangan. Jadi menurutku, jika kamu dan pasanganmu sama-sama pintar mengelola keuangan, mengapa tidak mengelola uang masing2 dengan prioritas yang sama?


Rumah: Nanti akan menetap dimana?


Harapan tiap orang setelah menikah adalah memiliki rasa aman dan nyaman, entah dalam bentuk bebas finansial ataupun menetap di suatu tempat dan menua bersama. Namum perlu di pikirkan bahwa keinginan seseorang berbeda-beda. Oleh karena itu, hal ini termasuk hal yang penting untuk dibicarakan. Tidak semua orang ingin menetap langsung setelah menikah. Mungkin ada yang ingin berpindah-pindah untuk mencoba berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan untuk menetap. Ada juga yang ingin langsung menetap dan tidak kepikiran untuk berpindah-pindah.


Selain itu dimanakan nanti kalian tinggal? Apakah kalian ingin membeli rumah, menyewa, ataukah tinggal bersama keluarga. Bagi aku pribadi, memang lebih ideal bagi pasangan untuk tinggal berdua tanpa adanya campur tangan keluarga, namun mungkin ada juga yang memang harus mengurus orang tuanya sehingga mereka tinggal bersama. Tidak masalah asalkan kehidupan kalian tidak tercampur aduk, orang tua dan pasangan suami istri ada batasnya masing-masing, jangan sampai orang tua ikut campur dalam permasalahan rumah tangga kalian yang malah memperumit kalian untuk rujuk.


Jika kalian memutuskan untuk kredit rumah, jangn lupa untuk memikirkan keuangan kalian, apakah pekerjaan kalian sudah mapan dan aman. Apakah ada uang darurat dan tabungan setelah dipakai untuk kredit rumah? Apakah ada beban lain selain kredit rumah? Apakah prioritas kalian? Tidak semua orang bisa memiliki banyak prioritas misalnya cicil rumah dan cicil mobil dalam waktu yang bersamaan, kalian harus membuat top list prioritas mana yang harus didahulukan.


Poin ini juga berkaitan dengan poin finansial. Ini lah mengapa matematika merupakan ilmu wajib yang harus dipelajari tiap orang. Siapa bilang ilmu matematika tidak terpakai? Dalam kehidupan rumah tangga, hitung berhitung juga tidak bisa dianggap remeh. Sebelum kalian memutuskan untuk kredit, kalian harus mempersiapkan dulu tabungan yang cukup kalau-kalau kalian tidak mampu membiayain kredit kalian. Menurutku, kalau bisa jangan sampai kredit. Kalau mampu beli tunai, beli lah secara tunai. Jika memang bukan prioritas, mungkin uangnya bisa ditabung atau di investasikan untuk hal lain dulu.


Keturunan: Mau punya anak berapa?


Banyak anak banyak rezeki, apakah benar? Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang dapat membuktikan 100% teori itu benar. Anak itu bukan soal banyak-banyakan. Tidak punya pun tidak apa-apa. Banyak orang yang beranggapan kalau sudah menikah, anak adalah kewajiban. Lucunya alasan kenapa anak adalah kewajiban adalah supaya nanti tua tidak kesepian. Lucu. Anak itu bukanlah investasi, yang sengaja dibuat untuk kemapanan sendiri di masa depan.


Tidak semua orang ingin mempunyai anak, jadi jangan pernah beranggapan bahwa mempunyai anak adalah suatu kewajiban seluruh wanita didunia. Tidak. Anak bukanlah suatu kesempurnaan hidup. Anak adalah sebuah tanggung jawab, yang kalau memang tidak mau dan tidak siap, tidak usah dibuat.


Memang kedengarannya sangat kasar, namun pada kenyataanya memang seperti itu. Banyak sekali orang-orang yang tidak bertanggung jawab, mau enaknya saja, anak lahir, tidak di nafkahi dan dididik dengan baik.


Selain itu memaksakan jumlah dan gender anak juga hal yang wajar sepertinya di Indonesia, harus punya anak laki-laki. Harus punya anak lima, haru punya perempuan dan laki-laki. Lucu sekali ternyata pemikiran tentang anak seperti membeli koleksi baju, harus punya berbagai warna dan jumlah.


Pasangan laki-laki dan perempuan wajib membicarakan hal ini sebelum menikah, kalian harus berdiskusi, berapa anak yang kalian mau miliki? Apakah kalian siap memiliki anak? Di umur berapa kalian akan memiliki anak? Apakah ada kemungkinan adopsi?


Aku tahu menunda anak terkadang dinilai tabu oleh masyarakat kelas bawah Indonesia, namun jika memang tidak siap, mengapa dipaksakan? Tidak ada kewajiban untuk memiliki ketrurunan setelah menikah. Diskusikan juga kontrasepsi apa yang terbaik buat kalian berdua. Kontrasepsi bukan cuma beban seorang wanita, pasangannya juga ikut bertanggung jawab.



Sekian dulu tulisanku kali ini. Semoga bermanfaat untuk kalian yang memutuskan untuk menikah. Ini adalah sebagian dari hal-hal besar lainnya yang perlu di bicarakan. Diskusilah sebanyak mungkin sebelum kalian memutuskan untuk menikah walaupun sekecil berdiskusi tentang makan malam pakai beras putih ataupun beras merah.



Halloha semuanya, kali ini aku akan memulai satu segmen baru di blog aku yaitu cerita mengenai perjalanan diet aku. Sebenernya aku sempat ra...


Halloha semuanya, kali ini aku akan memulai satu segmen baru di blog aku yaitu cerita mengenai perjalanan diet aku. Sebenernya aku sempat ragu untuk menulis tentang ini karena aku juga belum terlalu menguasai dunia perdietan. Seumur idup aku, aku belum pernah sama sekali menjalankan diet. Niat sih pernah, 1 2 hari lalu hari ke 3 menyerah, jadinya aku ga menganggap kalau itu diet ya. Cuma ngalor ngidul panas-panas tai ayam. Jadi di post kali ini aku akan membagi satu per satu apa yang akan aku bahas supaya akunya lebih mudah aja menyampaikan apa yang mau aku sampaikan hehehe, semoga juga kalian bisa lebih mengerti.

Hal-hal yang akan aku bahas dalam postingan ini adalah :

1. Profile tubuh
Aku membahas profile tubuh karena ini adalah hal penting yang harus kamu pelajari dulu sebelum kamu memulai diet. Umur, golongan darah, penyakit bawaan, aktivitas sehari-hari kamu gimana, apakah  keluarga kamu ada yang diebetes dll, berapa kalori yang kamu butuhkan perharinya dan sebagainya.

2. Perkenalan dengan kalori
Sebelum memulai diet, kamu harus tau dulu apa sih itu diet dan apa yang kamu raih dari diet yang kamu jalankan. Disini aku akan menjelaskan juga bagaimana cara menghitung kalori dan makanan apa aja sih yang menjadi bom kalori.

3. Makanan apa aja yang harus dikonsumsi
Setelah kamu mengenal profile tubuh mu dan juga apa aja sih yang terdapat dalam kalori yang kamu konsumsi biasanya, sekarang saatnya kamu menentukan makanan apa aja sih yang sebaiknya kamu konsumsi tiap hari. Disini aku akan membagi sedikit pengalaman aku dan juga apa aja yang aku konsumsi serta porsi lemaknya berapa, porsi proteinya berapa, dll.

Profile Tubuh
Sebelum memulai diet, hal pertama yang perlu kalian ketahui adalah profil tubuh kalian. Kalian harus menghitung apakah berat tubuh kalian udah ideal apa belum. kalau belum tentukan targetnya mau turun berapa kilo.
Kalian bisa memakai kalkulator online ataupun menghitung dengan menggunakan rumus.
Ada dua rumus yang bisa kalian gunakan yaitu :
1. Rumus BMI
Berat badan ideal = berat badan (kg) : tinggi badan  (cm) : tinggi badan (cm) x 10000

Contoh :
Berat badanku 48,2 kg dengan tinggi badan 155cm
Berat badan ideal = 48,2 : 155 : 155 x 10000 = 20.062

Kategori BMI:

Berat Badan Kurang = <18.5
Berat Badan Normal = 18.5-24.9
Berat Badan Berlebih = 25-29.9
Obesitas = >30

Kalau kalian misalnya bingung kalian bisa menggunakan kalkulator online disini.


Selain berat badan, hal lain yang penting adalah kadar lemak dalam tubuh. Kalian bisa menghitung secara manual sehingga kalian tahu berapa persen kira-kira kadar lemak yang ada didalam tubuh kalian.

Untuk mengukur body fat secara manual agak ribet, jadi kalian bisa langsung pake kalkulator online disini. Kadar lemak ku bekisar di antara 21,3%.

Nah sekarang setelah mengetahui lebih banyak mengenai tubuh kalian, kalian bisa menentukan target. Goal yang mau kalian capai dengan diet itu apa. Kalau untuk aku, aku ingin menurunkan kadar lemak sampai ke 17% - 18%.

Lalu mulailah menghitung kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk menghitung kalori, kalian bisa menggunakan kalkulator online juga. Aku sarankan sih mengunduh aplikasi di hape kalian jadinya kalian bisa langsung mengisi asupan kalori kalian perharinya berapa. Aku memakai aplikasi FDDB Extender. Namun untuk kalian yang tinggal di Indonesia, mungkin kalian bisa mencari alternatif lain aplikasi yang bisa sekalian scan barcode snack dan makanan yang kalian konsumsi.

Kalori yang aku butuhkan per harinya kurang lebih 1700 kcal. Nah karena aku ingin mengurangi kadar lemak dan juga berat badanku (waktu aku memulai diet beratku 51kg) aku akan menerapkan kalori defisit 500 kcal. Jadi dalam 1 hari aku ga boleh makan lebih dari 1200 kcal walaupun normalnya 1700 kcal.

Oh ya untuk penurunan berat badan lebih baik secara perlahan, 500gr per minggu, tidak boleh langsung tiba2 2kg 3kg dalam 1 minggu. Alasannya agar tubuh kalian terbiasa dengan pola hidup baru yang kalian terapkan. Jadi akan lebih mudah untuk menjaga pola hidup sehat kalian. Denagn demikian, berat kalian pun akan lebih stabil.

Perkenalan dengan kalori
Nah setelah kalian mempunyai target dan mengetahui berapa jumlah maksimal kalori yang harus kalian konsumsi, sekarang saatnya mempelajari apa sih kalori itu. Kalori adalah takaran energi dalam makanan. Nah senyawa apa aja sih yang bisa mengasilak energi? Protein, karbohidrat, lemat, serat, dll adalah sebagian senyawa yang membantu kita menghasilkan energi yang digunakan sehari2.
Dalam makanan yang kita makan, senyawa tersebut terbagi-bagi misalnya untuk  100 gram nasi terdapat 130 kcal.
130 kalori itu terbagi menjadi :
0,3 gr lemak
28,2 gr karbohidrat
0,4 gr serat
2,7 gr protein

Sekarang bayangkan jika kamu sarapan indomie goreng dengan nasi putih 100gram ditambah dengan telur ceplok, kerupuk, dan minumnya teh hangat manis. Berapa kalori yang sudah kamu sumbangkan hanya untuk sekedar sarapan?

Minyak goreng juga jangan lupa dihitung, semua nya kalau bisa di hitung.
Snack2 seperti coklat, kerupuk, minuman manis biasanya mempunya kalori yang sangat banyak. Cuma untuk cemilan, ga bikin kenyang, tapi kalorinya udah setara sama makanan berat, kalau kayak gitu kan rugi. Ini alasan kenapa kalian ga boleh ngemil pada saat kalian diet. Boleh sih, cuma dilihat lagi kalorinya. Misalnya ada cola zero dimana coca colanya tidak mengandung gula dan kalori, itu boleh boleh saja di minum.

Makanan
Tahap selanjutnya setelah mengenal lebih dalam tentang kalori adalah mengukur berapa banyak asupan gizi yang diperlukan. Untuk diet, yaitun mengurangi berat badan, kita harus mengurangi asupan karbo dan juga lemak. Lalu makan apa dong? Mengonsumsi karbo dan lemak masih boleh2 aja, namun harus di hitung kembali berapa banyak. Untuk sedikit mengganti karbo dan juga lemak, kalian bisa mengonsumsi lebih banyak protein. Protein membantu tubuh untuk mengurangi rasa lapar sehingga dengan mengonsumsi protein lebih banyak, membuat tubuh lebih lama kenyang dibanding mengonsumsi lemak dan karbo.
Kalian bisa menghitung berapa jumlah karbo, protein, dan juga lemak yang harus dikonsumsi tiap harinya.
Aku akan sedikit berbagi rancangan makanan aku.
Kalori = 1200kcal max
Protein = 40gr
Karbo = 150gr max
Fat = 39gr max
Fiber = 17gr

Nah untuk mendapatkan list seperti punyaku, kalian bisa sedikit mencari di google. Perhitungan ini juga ga lepas dari kondisi tubuh kalian, berat bada kalian dll. Itulah alasanya mengapa mengenal profile tubuh kalian adalah hal pertama yang harus kalian lakukan sebelum diet.



Rekomendasi Produk
1. Oatmeal
Kalian bisa memilih oatmeal apa aja yang kalian suka sesuai dengan selera. Untuk overnight oat, orang-orang menyarakankan untuk memakai oat biasa bukan yg instan. Untuk dimakan langsung, oat instan bisa menjadi pilihan.

2. Mason Jar
Untuk membuat overnight oat, kalian harus menggunakan bahan kaca tertutup agar tidak menimbulkan bau macam-macam.

3. Protein powder
Protein powder ini sangat baik sekali untuk menambah asupan protein dalam tubuh kalian. Aku mencampur protein powder ini didalam overnight oat aku.



Untuk wilayah jerman bisa memakai kode diskon dari aku. Lumayan dapat 35% loh. Klik disini ya.


4. Chia seed
Chia seed ini baik untuk diet karena mengenyangkan. Selain itu kaya akan protein dan serat. Aku memakai produk dari myprotein juga.

Untuk wilayah jerman bisa memakai kode diskon dari aku. Lumayan dapat 35% loh. Klik disini ya.

Tips dan Trick
Aku memulai diet dengan tahapan. Minggu pertama aku hanya makan tidak lebih dari 1200 kalori. Minggu kedua aku mulai sedikit demi sedikit belajar mengenai porsi gizi. Minggu ketiga aku mulai mengonsumsi makanan sesuai dengan asupan gizi. Jadi aku memperhatikan kandungan protein, karbo, lemak, serta vitamin2 yang ada didalam makanan tersebut.

Aku baru akan mulai masuk minggu ketiga. Untuk update selanjutnya akan aku tulis di postingan selanjutnya.

bye.

Hai sobat online , beberapa pekan lalu ada topik yang sempat booming yaitu pembahasan tentang prestasi dan privilege.  Aku sendiri me...



Hai sobat online, beberapa pekan lalu ada topik yang sempat booming yaitu pembahasan tentang prestasi dan privilege. Aku sendiri merasa topik ini sangat bagus terutama sekarang ini banyak orang-orang yang entah tidak tahu perbedaan antara prestasi dan privilage atau mungkin mereka lupa diri.

Aku ingin membahas lagi topik ini tapi akan ke arah personal hidup aku, apalagi sebagai seseorang yang menikah dengan WNA dan tinggal di luar negeri. Namun, aku akan memulai dulu dari masa dimana aku kuliah dulu karena masa-masa berharga dalam hidup aku bukan cuma tentang bertemu suamiku dan menikah.

Aku disekolahkan oleh kedua orang tuaku sampai lulus sarjana. Aku diberikan uang jajan tiap bulan agar aku tak kelaparan di kota orang. Itu semua adalah privilege atau hak yang aku dapatkan oleh kedua orangtuaku. Aku akhirnya lulus, sidang pertama untuk materi skripsiku, dan diterima kerja.
Itu adalah prestasiku yang aku dapatkan dari hasil kerja kerasku sendiri. Setelah beberapa waktu bekerja di perusahaan pertama, aku pindah anak perusahaan karena aku lolos test untuk program young leader. Aku pindah dan mendapatkan gaji yang lebih banyak. Itu juga adalah sebuah prestasi.
Semua prestasi yang aku dapat tak lepas dari privilege yang orang tuaku berikan sebelumya. Tanpa pembiayaan dan dukungan dari orang tuaku, aku tak mungkin memiliki gelar sarjana, lolos wawancara ,dan bekerja di perusahaan besar.

Setelah itu aku bertemu dengan suamiku, menikah dan kemudian pindah ke negara suamiku. Hidupku dibiayai oleh suamiku. Semua keperluan primer disediakan oleh suamiku untukku.
Lagi-lagi ini adalah privilege yang diberikan suamiku untukku.

Selama hidup di negara suamiku, aku kursus bahasa sampai dengan B1. Aku lulus B1 dengan nilai yang cukup baik dan juga lulus test LID (Leben in Deutschland) dengan nilai sempurna. Ini adalah prestasi karena hal tersebut adalah hasil yang aku dapatkan dari usahaku belajar.

Aku diterima kerja. Kerjaan pertama ditahun kedua aku tinggal di negara suamiku. Dengan keterbatasaan bahasa aku tetap berusaha. Aku menulis lamaran sendiri, dikoreksi oleh suamiku setelah aku selesai menulis. Dia hanya memperbaiki kesalahan tata bahasa tanpa mengubah isi dari surat lamaran itu sendiri. Satu hari kemudian aku ditelepon oleh kantor untuk interview. Aku lolos interview, aku diterima kerja. Ini adalah sebuah prestasi, hasil dari usaha yang aku lakukan dibantu oleh privilege yang diberikan oleh suamiku. Apa hak istimewa yang aku dapatkan dari suamiku? Suamiku membayar kursus bahasa, membayar tagihan internet dan telepon sehingga aku bisa berusaha untuk mencapai hal-hal yang aku capai.

Aku rasa contoh- contoh yang aku berikan sudah cukup sekarang mari kita masuk ke makna dari prestasi dan privilege itu sendiri.

Menurut KBBI, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Hal ini bisa berupa prestasi akademis, belajar ataupun kerja.

Menurut kamus Oxford, privilege adalah hak spesial atau keuntungan yang hanya dapat dimiliki oleh orang-orang tertentu.

Seperti yang kita jumpai pada umumnya, prestasi adalah sesuatu yang layak untuk dibanggakan dan juga di pamerkan ke publik. Mulai dari hal-hal kecil, dulu waktu sekolah, murid-murid yang mempunyai prestasi selalu di banggakan didepan murid-murid lain pada waktu upacara. Sewaktu kuliah ada acara khusus untuk mahasiswa berprestasi. Karyawan berprestasi juga akan mendapat pujian.

Lantas, jika prestasi layak untuk di banggakan, apakah privilege juga?
Sadly, memang pada kenyataanya hidup itu tidak adil. Kita semua ini tidak memiliki peluang kesempatan yang sama. Orang-orang yang memiliki hak spesial dan orang-orang yang tidak memiliki hak pastinya akan membuahkan hasil yang berbeda.
Nah terus, apakah kita tidak boleh memamerkan privilege kita? Toh kan itu hak spesial yang mungkin hanya kita aja yang punya dan orang lain engga. Namun, apa dengan memiliki hak spesial kamu menjadi seseorang yang spesial seperti orang yang memiliki prestasi?

Menurut opini aku, boleh-boleh aja kamu memamerkan hak spesial mu ke publik tapi ada pertanyaan lain yang harus kamu jawab sebelum kamu bertindak,

"Apakah hak spesial ini layak untuk di konsumsi publik? Apa keuntungan yang aku dapat dan orang lain dapat jika aku memerkan hak spesialku? Apakah aku hanya ingin mendapat pujian? Namun ini kan bukan prestasi. Mendapat pujian dari hal yang sebenernya adalah hak ku apakah aku boleh bangga? Atau mungkin aku perlu pura-pura tidak peduli. Toh aku spesial. Namun, apakah benar ini layak di publikasikan?"

Jika kamu ragu atau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin perlu di pikirkan lagi jika ingin mempublikasikan hak istimewa yang kamu terima.

Lalu mengapa jika ingin memamerkan prestasi itu lebih layak dibandingkan memamerkan privilege? Mengapa kalau ingin memamerkan privilege kita harus lebih banyak berpikir sebelum akhirnya bertindak?

Secara kasaran, kita bisa mengumpamakan hidup adalah sebuah audisi yang mengharuskan tiap orang memiliki tiket untuk bisa mengikuti dan memenangkan kompetisi tersebut. Seseorang telah memberikan kamu tiket gratis untuk mengikuti audisi. Tiket tersebut adalah privilege yang kamu dapatkan. Mungkin karena orang tersebut adalah orang tuamu, teman baikmu, saudaramu, suamimu, istrimu atau siapa saja.

Sekarang ada dua opsi yang bisa kamu lakukan. Kamu bisa langsung memamerkan kepada dunia bahwa kamu mendapat tiket secara cuma-cuma yang mungkin orang lain tidak bisa mendapatkannya. Opsi kedua, kamu menggunakan tiket tersebut untuk berusaha memenangkan audisi dan baru setelahnya membagikan prestasi kamu itu kepada publik.

Menurut mu, opsi mana yang lebih layak dilakukan?

Di zaman sosial media seperti sekarang ini, orang-orang dengan sangat mudah membagikan hal-hal apapun terhadap dunia, entah itu informasi, berita palsu, kabar gembira, kabar duka, hujatan, makian, ataupun opini seperti yang aku lakukan ini. Namun sayangnya, banyak yang tidak sadar bahwa sebenernya apa yang mereka bagian tersebut tidak layak di konsumsi publik. Mereka menyangka diri mereka ada istimewa bahkan hanya dengan memamerkan privilege yang mereka punya.

Bayangkan jika aku hanya memamerkan uang yang orang tua aku berikan tanpa ada nya prestasi? Bayangkan jika aku memamerkan bahwa aku akhirnya bisa tinggal diluar negeri karena privilege yang aku dapat dari menikah dengan suamiku. Bayangkan jika aku memamerkan semua barang yang suamiku berikan, misalnya uang, tas, sepatu, perhiasan, dan lain-lainnya tanpa adanya usaha untuk membuahkan hasil misalnya mendapat pekerjaan, atau lolos seleksi universitas.

Banyak sekali yang tidak sadar, bahwa hak istimewa tidak menjadikan kamu istimewa jika kamu tidak mengolahnya dengan baik. Mereka hanya berhenti dan merasa puas ketika diberikan privilege dan langsung menyebarkannya ke dunia seakan-akan mereka ingin dunia tahu bahwa mereka itu spesial.

Setiap orang punya privilege nya masing-masing. Bahkan kamu pun bisa membuat privilege mu sendiri jika kamu melakukan sedikit usaha.

Salah satu tokoh yang lumayan pas untuk perbandingan privilege dan prestasi adalah Maudy Ayunda. Siapa yang tak kenal gadis cantik dan cerdas itu? Maudy diterima oleh perguruan tinggi bergengsi di dunia. Apakah karena privilege?
Mari kita liat latar belakang Maudy, dia memiliki orang tua yang mendukung sepenuhnya apa yang Maudy inginkan. Dari kecil Maudy diajarkan untuk mencoba hal-hal yang baru. Maudy bisa terjun ke dunia hiburan dan menjadi terkenal juga awalnya karena Maudy mendapat privilege dari orang tuanya. Namun apakah itu cukup? Tidak. Untuk bisa sukses dan mempunyai banyak fans, Maudy harus berusaha dan mengasah bakatnya. Maudy disekolahkan oleh orang tuanya di SMA bergengsi di jakarta, namun untuk bisa bertahan, Maudy harus belajar. Sampai saat dimana Maudy diterima oleh Universitas bergengsi dunia pun Maudy berusaha, dia mengelola privilegenya dengan sangat baik dan terbukti oleh prestasi yang dia raih.

Sebenernya memamerkan privilege tidak sepenuhnya hal yang buruk. Itu bisa juga dijadikan motivasi untuk orang lain namun itu tergantung privilege apa dan motivasi apa yang bisa di dapatkan. Misalkan ada seseorang yang memamerkan tas bermerek hadiah dari suami WNA nya, lantas apakah bisa dijadikan motivasi oleh orang lain? Haruskah orang lain menikahi WNA untuk mendapatkan hadiah-hadiah barang mewah?
Motivasi seperti ini jelaslah bukan motivasi yang positif. Motivasi ini akan membuat lingkaran setan dimana masyarakat akan mengganggap WNA lebih superior. Namun kali ini bukan topik ini yang sedang dibahas. 

Misalkan lagi ada orang yang memamerkan privilege bahwa dia dibiayai oleh orang tuanya kuliah di universitas terbaik seindonesia, lantas apakah ini bisa dijadikan motivasi untuk orang lain? Walaupun orang lain tidak punya orang tua yang mampu membiayai kuliah, mereka bisa berusaha sendiri misalnya dengan belajar dan mendapatkan beasiswa, atau pun dengan bekerja paruh waktu.
Ini merupakan motivasi yang baik yang bisa memacu orang lain untuk berprestasi.

Bagaimana dengan aku sendiri? Apakah aku tidak pernah memamerkan privilege yang tidak ada faedahnya ke publik? Oh jelas pernah. Terutama jika aku tidak mempunya prestasi untuk dipamerkan. Rata yang seperti itu, ketika aku mempunyai prestasi pasti aku bagikan ke publik, namun terkadang ada waktunya dimana aku tidak punya prestasi sama sekali tapi tetap ingin membagikan ke publik hanya karena aku berpikir dengan mempunyai hak spesial, aku otomatis menjadi orang yang spesial.  Semua demi memuaskan ego dan mendapatkan pengakuan publik. Namun aku sadar bahwa hal seperti itu, tak layak. Nah, ada pertanyaan yang menggelitik hatiku sampai saat ini, apakah orang lain juga dapat menyadarinya?


source Happy new year everyone! The last day of 2019 was good. My husband and I spent our night at home. We made sushi, watched Basic I...


Happy new year everyone! The last day of 2019 was good. My husband and I spent our night at home. We made sushi, watched Basic Instinct, played the board game, and enjoyed the fireworks from our balcony and bedroom windows. I was still working on the last day of 2019, so the only thing I ever wanted was the good night sleep.

There were a lot of things happening last year. I was injured on the very first day of 2019. We were spending new year on the hospital. It was literary the worst scenario that could happen during new year and I did it already. My first month of 2019 was full of hospital, doctors, and MRT.
On Febuary my right hand was finally healed by itself. Lucky, I would said. Then we had our holiday on March to Indonesia and Kuala Lumpur. April was my birth month. We had dinner in the Chinese restaurant. On May we moved to the new apartment. Still a lot of moving and carrying stuffs on June and July. Renewed my recident permit card on August (or July? I can't remember). And finally... it began on September. September is the party month in my family because of so many birthdays celebration. I had my Mini-Job interview on the 10th of September, sign the contract on 16th. My first day began the day after. I started my B1 Deutsch kurs on 23th. I got my first salary on October. I did the German B1 test and Leben in Deutschland test. My best friend visited me on November. We had a lot of fun. Finally, it's December, the last month of the year. We went to my husband family home for Christmas. We played so many board games, we had a really good food, and we got a lot of Christmas present. Christmas is always a happy day for me.


I would say that the peak of my life in 2019 was happening on September. The 9th month of 2019, nearly the end. Life is full of surprise isn't it.

I admit that I didn't push my self hard enought to reach something, but yet I still get what I deserve. I stop expect my life to be drasctically better just because it's the new year. Yes I agree that new year is the new begining, but so does every day, right?

I was one of the new resolution on new year's writers, and I stop. I set free everything. I let my life punces me whenever it wants. I learn what's important and what isn't and that's enough.
I still overthink overlove overfeel and overstress. I still care much about what other people think of me. I still let my ego wins. I allow myself to be lazy for days and days.

It's enough already to think that I am not good enough just because my set to much expectation on my new year resolution. I don't even know if those are the things I really want. I stop making promises I can't even keep. Be more grateful, learn to love yourself more, do fitness, get organize, have iphone 12 with too many of camera holes that makes you tickling, or whatever you name it, those were the bullshit promises that you will forget on the second week of January. 

So am I lacking of motivation? Or I just enter the early phase of midlife crisis (I turn 25 this year)?
I still see that I am still a really mess up person on the outside, but right inside my soul, I know that I am healing everything. I show my anger, I show my disappointment, but yet the toxic doesn't reach my inner soul. I feel slightly getting cleaner inside.

Do I still have any hopes for the new year?
Yes.
I do.

I was cleaning my apartment this morning. I had a really nice breakfast, Raclette. I just started my skin care, applied the reddish liquid from the ordinary on my face and used my moisturizer and hand cream.

I hope that my inner soulgets cleaner so that I can be happy anything happens.

Again, happy new year.

source Hello everybody, welcome to my blog. This post is kinda special because this is the first time I speak up about the worst flyin...


Hello everybody, welcome to my blog. This post is kinda special because this is the first time I speak up about the worst flying experience ever, even worse than Lion Air Indonesia. 

Diclaimer : This post has been made based on my personal travel experience. I don't mean to make the bad reputation of the airlines or provocate other people not to take it. I just want everybody to be aware of what is the worst scenario if you fly with China Souther Airlines.

On 2nd of March 2019, I had a flight from Franfurt to Kuala Lumpur with China Southern Airlines.


The price of the ticket was really cheap around 420 Euro for round trip. This was the first time I try any kind of flights that has the transit in China. I felt really insecure. However, my husband and I thought it wouldn't kill us to try. ( We were really wrong!)

This first problem,
I can't do online check in because my name is too long.

I know, this sounds ridiculous, but trust me, when it happens to you, it is not funny at all. I didn't know how to trick the system to let me check it until I contact someone via email after the first flight from Frankfurt - Kuala lumpur. So luckily on the flight back, I can check in online.

The customer service told me to just input the first name and the last name.

Okay, why this was a problem? Because when you can't do the online check in, it means that you will get the leafover seats. Let's move on to problem number 2 which is really connected with this one.

The second problem,
Visa requirement for transit less than 6 hours?

I am Indonesian passport holder with German resident permit. I did the research on the website and even called the customer service 2 or 3 months before my departure to really make sure that I don't need the visa for transit.

During my check in March 2nd, 2019, the staff (woman, middle age, boyish looking, a little bit stout) told me that I can't fly because I don't have the visa. I was like WTF dude, your staff told me via phone that it was okay and now you told me I can't fly?

It took forever for them to let me fly, the chinese girl (I don't who, maybe the supervisor) was trying to call the China airport to make sure and so on. And in the end I just asked them to give me the paper that I should sign that I was aware about the situationa and law and if I get deported, it will be my own risk. Okay, no problem at all. Because I know the law and this was a discrimitation.


Because of all these bullshit ( we had not check in yet), we need to wait of all passangers to board to be allowed to enter the plane. We need to rush to the immigration, and not be able to sit together.

Not to mention that CHINESE TOURISTS ARE THE WORST TOURIST EVER. If you are chinese and you are offended, please tell your people to behave! Don't be noisy, please queue, be be on time!

The third problem,
Delay delay and run!

Our plane had technical support in Changsha Airport. It means that all passagers need to leave the plane and wait in the boarding room (go through immigration, scan, and so on). The shit started to happen again, the flight was delayed. All passangers were inside the plane. Correction, we thought all passangers were inside, but the plane was not moving at all. I over hear the man asked the flight attendant why we were stucked, and she said, they were waiting for other passangers from another plane to go inside this plane because their plane was delay. I can't know tell you what exactly she said because they were talking in Chinese and my Chinese are limited to the basic conversation.

If you see our ticket, we need to have one more transit in Guangzhou. Our plane from Changsha was definetely about 1 hour late, means that we faced another drama in Guangzhou.
After we landed, we were rushed to immidiatelly go to another plane. We need to pass FIVE SECURITY SCANS (no kidding) go to immigration, and RUN. FUCKING RUNNING. The airport is fucking big and I was totally tired after long flight.

 We managed to go inside the plane safely. The plane has no screen, so the journey was totally suck. Food was okay. The flighr attendants were not friendly as always.
But.... the bad luck had not stop until here and that brings us to the last problem.

The last one,
WHERE IS OUR BAGAGE?

We were happy after finally landing. However we need to rush because we had another flight to catch. We arrived around 17.10 in Kuala Lumpur Airport.


While waiting, we heard our names and 4 other passangers were being called. That was not good. We went to the airlines room and they told us that our bagage was left behind and will be in Kuala Lumpur at 20.00 the same day.

I said no! We had flight to catch, it was impossible to get the bagage today. The girl said that they can send the bagage to Bali Airport and we can pick it up the next morning. I was asking about the dispensation money, and nope. Not even a cent.

All our clothes and sanitary things were in the bag. We definetly need to shower after long flight. Without that, we need to buy the stuffs which costing money. And also to go pick up our bagage to the airport also costing money. Taxi airports are expensive.

We were really tired to argue more. We left with disappointment. 

Conclusion,
if you were lucky, I think this shit won't happen to you. But shit happens to everyone. So be prepare!

This probably will be my last experience with China Southern Airlines. Next year, I will be using Air China. Well.... it's kinda the same, but let see. What could be worse, right?

The price different is about 150 Euro per person = 300 Euro saving for us. There will be the time when 300 Euro means nothing compare to our satisfaction and safety, but for now, 300 Euro is a lot of money to spend in South East Asia, and we choose to spend it wisely.

I hope my post will give a bit insight before booking the ticket with China Southern Airlines. We are really thankful for the cabin crews that were taking us safely during the flight. The flight was really safe for a little money.

Last but not the least, I hope China Southern Airlines could be better from time to time. Flying should not be that expensive and their company prove that.