Dari semua media sosial yang pernah gue punya, mulai dari facebook, twitter, path, tumblr, instagram, askfm, dan sebagainya, gue se...

Serius Nanya, Emang Apa Yang Salah Dengan Status Jomblo?


Dari semua media sosial yang pernah gue punya, mulai dari facebook, twitter, path, tumblr, instagram, askfm, dan sebagainya, gue selalu aja menemukan paling engga 1 sampai 3 anak  muda Indonesia yang selalu menulis tentang bagaimana sedihnya menjadi jomblo di era milenial. Kalau dipikir-pikir, well I used to be one of them.

Gue, terlahir di era 90an dimana rata-rata orang pada pacaran di masa SMP. Gue sebagai kaum tidak populer dengan muka pas-pasan, jerawat diman-mana, dan berat hampir 60 kg, sudah pasti akan jauh dari kata ´ditembak´. Boro-boro ada sms nanyain udah makan apa belom, kalau ada sms nyasar aja udah puji syukur banget. Dengan lingkungan dimana semua orang terobsesi untuk punya pacar, gue pun jadi keikutan. Gue masih inget gue pernah bikin resolusi untuk menjadi playgirl. What the hell.

Tiga tahun masa SMP pun berlalu, gue tetap sendiri. Masuk ke masa SMA, lulus dan gue tetap sendiri. Resolusi playgirl gue pun menjadi auto hangus. Memasuki masa kuliah, gue juga tetap aja sendiri sampai gue itu mendapat julukan jomblo. Awalnya pada saat itu sih gue merasa biasa aja, karena menurut gue ga ada yang salah sama jomblo.

Semakin dewasa, gue semakin yakin, gue termasuk salah satu orang yang beruntung yang tidak pernah mencicipi masa-masa gonta ganti pacar kayak gonta ganti celana dalam. Gue sangat berterima kasih sama diri gue yang dulu, yang bermuka pas-pasan bahwasannya karena itulah gue menjomblo. Setelah dipikir-pikir, menemukan 1 orang yang pas lebih baik daripada gonta ganti setiap saat.

Tapi, setelah gue lihat-lihat lagi, di tahun 2018, dimana self love sudah mulai diperkenalkan di kalangan anak-anak muda, para jomblo ini mendadak menjadi tidak semenyedihkan dulu. Kalau dulu, menjadi jomblo mungkin adalah sebuah aib, tapi sekarang menjadi sebuah prinsip.

Banyak banget cewek-cewek yang menulis di media sosial mereka bahwa mencari cowok yang sempurna itu susah makanya mereka memilih menjadi jomblo. Setelah gue pikir-pikir lagi, kenapa self love yang mereka punya menjadi seperti self ego ya?

Menurut gue, kalau elu pengen mencari cowok yang setia, maka elu sendiri harus setia. Kalau tiap lagi main sama temen cowok, mainnya sampe cubit-cubitan, manggilnya sayang sayangan, cowok-cowok setia juga jijik kali sama elu. Kalau elu pengen mencari cowok yang pengertian, maka elu sendiri harus pengertian, jangan mentang-mentang lagi pms, cowok elu dianggap sebagai pembantu.

You need to love yourself first, tapi bukan berarti elu bisa bersikap semena-mena demi mengutamakan diri elu sendiri. Banyak orang yang bertanya kenapa sih gue masih jomblo tanpa ada intropeksi terhadap diri sendiri. Well... tulisan ini terinspirasi dari mungkin salah satu dari  kalian yang terus mengeluh tentang betapa sedihnya hidup kalian.



1 comment:

  1. Sama kak, kenyang 4 tahun jomblo.di bully sampai di jodoh2kan. 😂 Sekarang punya pacar pun tetap di bully hahaha...maunya apa coba😆

    ReplyDelete