Hallo semuanya, sesuai dengan judul kali ini aku akan membahas tentang dokter gigi. Sejak kecil aku itu trauma banget sama dokter gi...

Pengalaman ke Dokter Gigi di Jerman


Hallo semuanya, sesuai dengan judul kali ini aku akan membahas tentang dokter gigi. Sejak kecil aku itu trauma banget sama dokter gigi. Pokoknya kalau udah ada masalah sama gigi, itu pasti mimpi buruk banget buat aku. Jadinya aku ga pernah ngecek-ngecek keadaan gigiku. Sampai akhirnya 2012, aku memutuskan pasang behel dan aku memberanikan diri ke dokter gigi sendiri. Sebelumnya aku mau kasih  tau tujuan aku menulis postingan ini. Aku pengen cerita ke teman-teman semua bahayanya tambal gigi ke sembarang dokter, apalagi dokter gigi yang kurang pengalamannya. Cuma bilang, iya iya aja tau-taunya malah bikin rusak gigi. Dan dokter kayak gini mah banyak banget, ga cuma di klinik kecil bahkan di rumah sakit besar pun banyak. Jadi hati-hati aja. Mending pergi ke dokter gigi yang bener-bener berpengalaman daripada ompong. Ya kan?

Pada awalnya banget, aku sebenernya males ya bawa-bawa masalah gigi ku ke depan publik, awalnya itu aku berniat untuk mengirim email ke dokter yang bersangkutan, pengen liat aja, apa sih tanggapan doi. Emailnya sudah ku ketik panjang banget dan akhirnya aku memutuskan untuk memposting ini online. Aku mendapat motivasi dari beberapa teman instagram aku yang pengen tau cerita drama gigiku ini dan juga aku termotivasi karena menonton videonya Anisah Azizah tentang pengalaman operasi giginya yang bisa dibilang sama kayak aku.

Dengan adanya postingan ini, aku harap teman-teman semua bisa lebih berhati-hati memilih dokter gigi dan juga jangan takut untuk periksa gigi kalian 6 bulan sekali. Aku masih ngerasa masyarakat Indonesia itu masih takut banget sama dokter gigi. Dan aku ga menyalahkan karena dokter giginya sendiri kok yang ga klop sama pasien. Aku udah ke beberapa dokter gigi. di rumah sakit besar, di klinik besar, di klinik kecil, rata-rata semua sama aja, KURANG INFORMASI. Jadi dokter-dokter gigi nya itu ga memberikan informasi kepada pasien, jadi kalau lu cabut gigi ya cabut aja. Aku pernah ya cabut gigi di JIH (sorry aku sebut nama rumah sakitnya soalnya memang itulah fakta kejadian yang ada), jaid saat itu aku cabut 2 gigi, dan aku tanya ada resep dokternya ga? Eh di jawab cuma kalau sakit beli aja pereda nyeri. Gitu gaes, ga dikasih apa2 sama si dokter. Wah gilak! Rasanya ku ingin memaki.

Mari kita mulai membahas kasus yang aku alami...

Pada bulan Desember 2017, aku pergi menambal gigi geraham kiri ku ke seorang dokter yang bisa kita sebut dokter Y. Jadi dokter ini adalah dokter muda yang baru aja buka klinik sama istirnya yang baru aja lulus sebagai dokter gigi. Kliniknya masih baru gaes, pas aku dateng itu mungkin pas hari ke 2 kali ya. Dari analisa si dokter Y, gigi geraham kiri bawahku itu punya 2 lubang jadi ga bisa langsung di tambal soalnya lubangnya gede. Jadi saat itu setelah doi membersihkan gigiku, aku akan menjalani perawatan gigi yang kurang lebih selama 5 hari sampai gigi tidak sakit lagi. Setelah 5 hari, dokter Y mulai menambal gigi ku. Tambalan baik-baik saja walaupun kadang sering nyut2an, kalau kena air dingin ngilu, dan aku ga berani ngunyah2 pake gigi itu karena agak nyut2 gimana gitu- DAN aku kira itu fase yang wajar. Ternyata aku salah besar gaes...

Tanggal 6 Oktober 2018 (Sabtu), gigi itu tiba-tiba sakit banget. Sakitnya parah banget sampai-sampai hari itu aku harus minum 4 tablet obat pereda nyeri dengan total dosis 1600mg. Aku berpikir, ah besok juga sembuh, dibawa tidur aja. Ternyata besoknya juga tetap masih sangat sakit. Sialnya saat itu adalah hari minggu dimana dokter pada tutup. Jangankan dokter, supermarket aja pada tutup. Jadi aku harus menunggu hari senin agar bisa langsung ke dokter gigi tanpa janji. Gambling aja gitu. Soalnya di Jerman, apa-apa harus buat janji temu.

Ini dia penampakan tambalan gigiku yang di tambal oleh dokter Y
Kelihatan baik-baik aja tapi sakitnya bikin gila

Tanggal 8 Oktober 2018, aku pergi ke dokter gigi dekat rumah. Aku cerita keluh kesahku, dan dokternya masih abu-abu dengan apa yang terjadi pada gigiku. Akhirnya pak dokter membersihkan gigiku dan disinilah semua busuk busuknya terbongkar. Jadi pada saat dibersihkan, gusiku itu ada bintik-bintik hitam alias para kuman kuman gigi. Jadi gusiku udah infeksi parah. Pak dokter pun memberikan antibiotik lokal yang di suntikkan di gusi untuk membunuh para kuman bakteri penyebab infeksi dan juga memberikan ku resep antibiotik yang harus di minum selama seminggu dengan dosis 2 tablet sehari.

Ini dia penampakan antibiotik yang di berikan :

Tanggal 10 Oktober 2018, aku merasa gigiku kok tambah parah, lebih sakit dan juga makin naik ketas gitu, jadi pas di gigit itu ga sama dan sakit. Terus kok rada goyang. Akhirnya aku meminta suami untuk menelepon ke dokter untuk menanyakan apakah itu reaksi normal atau aku aja yang ga kuat menahan sakit. Soalnya dokternya itu 2 hari lalu berpesan kalau sakit banget jangan ke emergency soalnya nanti mereka akan bunuh gigi aku. Bunuh :(
Jadi singkat cerita, dokternya bilang dateng aja ke klinik buat di periksa, jadi jam 11an itu aku sama suami datang keklinik. Suami yang udah di kantor bela2in balik lagi ke rumah buat si istri trouble maker ini dan udah gitu nelpon belasan menit karena ga bisa masuk, pintu ke kunci karena aku tiduran. Bukan males tapi kan gigi sakit. Sampai di dokter. aku di kasih penjelasan yang intinya, kuman-kuman itu bereaksi terhadap obat makanya ada tekanan dari dalam gigi yang memaksa untuk keluar. Akibatnya di gigi agak goyang dan agak ke atas dan sakit banget. Tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi ku saat itu adalah membuka tambalan gigiku yang masih utuh dan menutupnya dengan kapas. Tujuannya untuk mengurangi tekanan dari kuman-kuman. Dan benar saja setelah itu gigi ku enakan, ga sakit sama sekali. Aku masih lanjut minum antibiotik yang kemarin sampai abis. Teman-teman pasti tau kan yang namanya antibiotik harus diminum semua sesuai dosis, walaupun udah ga sakit, walaupun udah agak enakan. Kenapa? Karena kalau cuma minum setengah2 nanti kumannya bukan mati, tapi puyeng doang dan itu bisa membuat para kuman lebih kuat karena kebal dengan antibiotik yang ga selesai itu.

Tanggal 17 Oktober 2018, aku kembali ke dokter untuk periksa lagi. Kali ini pak dokter akan membuka tambalanku lebih besar lagi untuk memberikan obat. Setelah di periksa, gigiku mempunyai 3 lubang. Mendadak kok jadi 3 ya? Padahal pas dulu di tambal cuma 2. Tujuan dari pemberian obat ini adalah untuk membunuh akar gigi :( Jadi setelah di xray, ketahuan lah gigi ku serusak apa. Jadi si gigi geraham itu udah rusak banget sampai ke akar, Udah terlalu banyak bakteri yang menyerang akar jadinya akarnya harus dibuang daripada ngerambat ke gigi lain. Sedih rasanya divonis harus ompong.
Ternyata ga sampai disitu gaes, aku punya gigi impaksi di bagian geraham kiri, selang 1 gigi dari gigi geraham tambalan aku.


Di lingkaran biru itu kelihatan kan ada gumpalan di bawah gusi. Untungnya cuma 1 gigi aja yang impaksi, gigi gigi lain puji Tuhan normal. Dokter pastinya merekomendasikan untuk melakukan operasi juga pada gigi itu. Hmmm udah kebayang belum sih double kill double jackpot ku? Aku aja yang baru denger diagnoasa seperti itu udah jadi males makan. Gimana pas udah hari eksekusi?


Lingkaran merah : gigi tambalan yang infeksi
Lingkaran pink : gigi impaksi

X-Ray gigi ini sangat direkomendasikan deh, soalnya kalian bisa ngecek gigi kalian sampai ke akar-akarnya. Jadi tau mana gigi rusak mana gigi yang baik. Untungnya pada saat itu gigi yang parah banget cuma ya dua itu, gigi tambalan sama gigi bungsu. Aku masih punya karies-karies ringan yang bisa di bersihkan oleh dokter gigiku ini. Namun sayangnya untuk penanganan lebih lanjut gigi tambalanku dan gigi bungsuku, pak dokterku ini merujuk aku ke klinik yang lebih besar lagi dan di tangani langsung sama dokter spesialis. Dan ga tanggung2 aku dirujuk ke doker gigi yang bagus. Jadi di Jerman itu kalau mau ke dokter spesialis biasanya harus pake surat rujukan dari dokter biasa dulu. Ini berarti kali ke dua aku ke dokter spesialis.

Tanggal 22 Oktober 2018, aku datang ke dokter spesialis untuk konsultasi dan penjadwalan operasi. Disana aku sempet nanya sama dokternya, apa bisa ada kemungkinan untuk gigi tambalan aku di pertahankan? Dokternya bilang, mungkin kesempatannya itu 50-50. Jadi beliau bilang, kalau nanti pas hari H setelah di cek giginya ga bisa diselamatkan, jadinya langsung aja di buang bersamaan dengan gigi impaksi. Kalau giginya bias terselamatkan, dokternya membutuhkan waktu kurang lebih 35 menit dan kalau harus di buang, cuma 5 menit. Buset. Dokter juga menyarankan untuk langsung mengeksekusi 2 gigi tersebut. Jadi beliau meminta aku untuk mengkonsumsi penicilin 2 hari sebelum hari operasi dan dihabiskan. Sebelum operasi, aku harus udah makan. Mungkin untuk menjaga tekanan darah kali ya? Mulai deh sotoy.

Tanggal 12 November 2018, hari operasi pun tiba. Jadi pertama itu gusi dan gigiku di anastesi. Dan gaes, aku nangis dong. Gatau kenapa kalau ada suami masuk di ruangan pasti aku jadi lembek haha. Setelah di anastesi, aku dikasih waktu rehat beberapa menit dan aku pake buat ke WC 3 kali. Saking paniknya haha. Pas operasi suami di minta tunggu diluar. Jadilah di dalam ruangan hanya ada aku, dokter, dan 2 asisten. Mereka semua udah paruh baya, jadinya aku yakin sih sama mereka. Jadi pertama dokternya ngecek gigi geraham yang infeksi, apakah bisa di rawat ataukah harus di cabut. Kabar baik ternyata gerahamku masih bisa diselamatkan. Jadi yang dioperasi adalah akar si gigi yang terinfeksi. Setelah di operasi nanti akan di isi dengan sesuatu yang akan menyelamatkan gigiku. Setelah diisi, nanti baru deh di poles. Lalu mulailah si dokter beraksi dan yeah, it takes probably 35 minutes like she said before. Setelah selesai, aku langsung lanjut operasi gigi bungsu kiri atas dan bawah. Untuk gigi bungsu impaksi ini akan aku tulis di postingan lain soalnya akan ada beda cerita hehe. Setelah operasi, gigiku di xray lagi untuk di lihat. Kemudian 1 minggu dari tanggal operasi, aku harus mengecek lagi.

penampakan pasca eksekusi 3 gigi sekaligus

Begitulah pengalaman aku mengunjungi dokter gigi di jerman. Untuk kelanjutakan pasca operasi akan aku lanjutkan di postingan selanjutnya. byebye



3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Biaya ganti karet behel di jerman berapa ya ka?apa di tanggung asuransi?

    ReplyDelete